- June 8, 2025
- Posted by: Pujoko
- Categories: Berita, Kabar Aum

PDMKOTAMADIUN.OR.ID – Lembaga Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) yang akan berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Jawa Timur (UMJT) mengadakan praktikum Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan II (AIK II).
Praktikum mata kuliah AIK II ini diisi dengan praktik ibadah serta dialog inklusif bagi mahasiswa non-Muslim diikuti mahasiswa Prodi Adminkes serta Kebidanan UMMAD. Rabu, 4 Juni 2025.
Dosen pengampu praktik ibadah AIK II, Muhammad Hasan Al Banna, S.Pt., M.Sc., menyampaikan tujuan praktik ibadah AIK 2 ini adalah mempererat persaudaraan antar mahasiswa dari berbagai latar belakang agama serta memperdalam pemahaman mereka mengenai keagamaan dengan cara sang saling menghargai.
Menurut Hasan, Praktik Ibadah AIK 2 dilaksanakan dengan membuat sesi khusus bagi mahasiswa Muslim dengan tujuan memperdalam pemahaman mereka mengenai praktik ibadah sholat.
“Di sesi ini, mahasiswa tidak hanya mempelajari tata cara sholat secara teknis, tetapi juga diingatkan akan makna dan hikmah di balik setiap gerakan serta doa yang dibaca dalam sholat,” ujar Hasan.
Menurut Hasan, dengan praktik ibadah ini diharapkan dapat memberi wawasan bahwa sholat adalah ibadah yang tidak hanya melibatkan tubuh tapi juga hati dan pikiran. Setiap gerakan ternyata memiliki makna yang lebih dalam dan spiritual.
“Selama sesi ini, mahasiswa Muslim diiberi kesempatan melaksanakan ibadah sholat dengan penuh perhatian (khusuk) mulai dari takbir hingga salam. Ini dimaksudkan setelah praktik ibadah ini mahasiswa mampu lebih memahami esensi sholat,” ujar Hasan.
Dialog Inklusif
Sesi dialog inklusif mengenai praktik ibadah agama lain dalam perspektif mahasiswa non-Muslim dirancang untuk mahasiswa non Muslim dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai praktik ibadah dalam agama-agama lain.
Hasan menerangkan, dialog inklusif ini dimulai dengan presentasi mengenai ritual ibadah berdasarkan setiap kepercayaan dan keyakinan masing-masing mahasiswa, juga sejarahnya, tata caranya serta signifikansinya dalam kehidupan sehari-hari.
“Iinti dari kegiatan ini adalah sesi tanya jawab yang berlangsung secara terbuka dan interaktif,” ujar Hasan.
Hasan menerangkan, mahasiswa non-Muslim diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan dan pengalaman mereka terkait dengan ibadah dan kehidupan beragama secara heterogen.
Melalui dialog ini, para peserta dapat lebih memahami bahwa meskipun agama dan praktik ibadah berbeda, banyak nilai universal yang dapat ditemukan, seperti kedamaian, kedekatan dengan Tuhan, dan rasa saling menghargai. (*)