- December 19, 2024
- Posted by: Pujoko
- Categories: Berita, Kabar Aum

PDMKOTAMADIUN.OR.ID – Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) yang akan berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Jawa Timur (UMJT) kembali melaksanakan Kuliah Tamu mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) III.
Kali ini, Kuliah Tamu AIK III menghadirkan tenaga pengajar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Klaten, Al Faiz MR Tarman, M.Ag dengan membawa tema “Kontribusi Muhammadiyah di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan”.
Kuliah tamu AIK II ini dilaksanakan di kampus III UMMAD di Islamic Center Madiun (ICM), Rabu, 18 Desember 2024 dengan diikuti puluhan mahasiswa semester III UMMAD.
Salah satu bahasan menarik yang disampaikan Al Faiz adalah ada soal filosofi penuh arti dibalik angka-angka capaian Muhammadiyah di bidang Kesehatan dan Pendidikan.
Al Faiz menyampaikan data bidang Pendidikan Muhammadiyah hingga tahun 2020 yang memiliki 30.125 TK/ABA/PAUD/KB, 2.766 SD/MI, 1.826 SMP/MTS, 1.407 SMA/SMK/MA SMK, 165 perguruan tinggi; dan 50 SLB.
Selain itu juga mengelola 583 rumah sakit dan klinik; 384 panti asuhan; dan 20.198 masjid dan mushala, serta 121 komunitas muhammadiyah di luar negeri.
“Dibalik (keberhasilan) itu ada value yang membedakan Muhammadiyah dengan yang lain. Muhammadiyah selalu dinamis, tidak berorientasi pada angka angka. Nafas dari angka angka ini adalah Muhammadiyah berpegang pada nilai-nilai, dari perspektif yang abstrak melahirkan bangunan yang konkrit, dari gerakan pribadi menjadi gerakan konkrit,” ujar Al Faiz.
Al Faiz menerangkan Muhammadiyah dimulai dari satu gerakan ayat agama Islam dari Surat Al Maun. Dari praktek keimanan itu memunculkan sekolah, rumah sakit, lembaga sosial yang dinikmati umat Islam dan umat lainnya.
Itulah yang disebut Al Faiz sebagai “yang mulanya keyakinan kegamaan muncul jadi lembaga yang bisa dinikmati bersama-sama’. Al Faiz juga menyebutnya dengan keberhasilan Ahmad Dahlan “mendialogkan agama dengan ilm pengetahuan”.
“Al quran yang kita pahami sebagai kitab suci senantiasa melampaui ruang dan waktu. Maka Alquran harus berbunyi. Kebetulan saat itu umat islam punya stereotip yang jumud, terbelakang, kotor, tidak maju. Sementaa kyai dianggap sebagai kelas sosial yang elitis. Dulu ngga ada kyai yang datang ke santri yang ada santri mendatangi kyai. Ahmad Dahlan berusaha melompati hal itu agar Islam membumi, memberi kontribusi kepada masyarakat,” terang anggota PDPM Kabupaten Klaten tersebut.
Pengampu mata kuliah AIK III UMMAD, Muhammad Rifa’at Adikarti Farid, S.Sos., M.A., menjelaskan diangkatnya tema “Kontribusi Muhammadiyah di Bidang Penddiikan dan Kebudayaan” ini agar mahasiswa UMMAD lebih memahami hal-hal yang menyebabkan Muhammadiyah memiliki kontribusi yang besar di bidang Kesehatan dan Penddikan.
“Karena di UMMAD ini ada juga mahasiswa dari Fakultas ilmu Kesehatan. Jadi tema ini dimunculkan agar terhubung dengan keilmuan di program studi yang ada,” kata Rifa’at.
Rifa’at mengaku, mahasiswa memberi respon baik terhadap perkuliahan tamu AIK III bagian II ini. Hal itu ditunjukkan oleh mahasiswa kebidanan yang bertanya peran Muhammadiyah di bidang Kesehatan di era modern termasuk saat Covid-19.
Sebelumnya, dalam Kuliah Tamu AIK III pertama, pada Rabu, 11 Desember 2024, menghadirkan tenaga pengajar Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta, Unaimah Sanaya, M.Ag. (*)