PDMKOTAMADIUN.OR.ID -Tenaga pengajar Prodi Ilmu Lingkungan UMMAD (UMJT), Khairunisa, S.P., M.Si., menjadi nara sumber siaran diskusi public di RRI PRO 1 Madiun, Jumat, 12 Desember 2024.

Siaran diskusi public ini menghadirkan tema tematik Pengarusutamaan Gender (PUG) dengan tema khusus mengenai Pengelolaan Sampah Berbasis Sirkular Ekonomi.

Diskusi public RRI PRO 1 Madiun ini dibawakan oleh Adhie Heraswadi dan berlangsung secara interaktif dengan pendengar RRI serta via youtube.

“Pengelolaan sampah berbasis sirkular ekonomi yaitu pengelolaan dengan setiap tahapannya dapat menguntungkan secara ekonomi dengan mendapatkan hasil atau mengurangi kerugian,” terang Khairunisa mengawali diskusi.

9R

Khairunisa menerangkan, pengelolaan sampah melalui 3R merupakan bagian dari sirkular ekonomi. Tapi makin lama makin berkembang jadi 5R, 7R sampai 9R seperti yang telah dikembangkan pihak Bappenas.

Khairunisa menyebutkan 9R (Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, Recycle dan Recover).

“Jadi sudah tidak hanya Reduce Recycle Reuse sampai kaya Rethink artinya dipikir dulu, habis terpakai atau sisa nanti barang yang dipunyai. Bahkan hingga sampai Recovery dengan penggunaan sampah jadi energi listrik,” terang Khairunisa.

Menurut Khairunisa, pengelolaan sampah dengan sirkular ekonomi itu dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya dengan cara mencegah sampah, mendaur ulang dan menggunakan ulang dan mendesain ulang produk agar tidak menghasilkan limbah.

Khairunisa menerangkan dengan melakukan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular maka ada keuntungan secara lingkungan, ekonomi dan sosial sekaligus.

Yaitu mengurangi limbah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), menurunkan emisi karbon dari proses produksi baru, mendapatkan keuntungan dan meminimalisir kerugian dari sampah dan memberdayakan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Sampah dari masyarakat berakhir di TPA. Ada yang sudah diproses lebih lanjut dengan diubah menjadi gas metana. Ada yang masih ditumpuk di TPA. Dengan adanya sirkular ekonomi ini diharapkan TPA menjadi pilihan paling akhir sebelum sampah berakhir (pembuangan sampah),” ujar Khairunisa

Khairunisa menerangkan dengan melakukan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular maka ada keuntungan secara lingkungan, ekonomi dan sosial sekaligus.

Yaitu mengurangi limbah ke TPA, menurunkan emisi karbon dari proses produksi baru, mendapatkan keuntungan dan meminimalkan kerugian dari sampah dan memberdayakan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Sampah dari masyarakat berakhir di TPA. Ada yang sudah diproses lebih lanjut dengan diubah menjadi gas metana. Ada yang masih ditumpuk di TPA. Dengan adanya sirkular ekonomi ini diharapkan TPA menjadi pilihan paling akhir sebelum sampah berakhir (pembuangan sampah),” ujar Khairunisa.

Khairunisa menambahkan, pengelolaan sampah bisa dilakukan dari diri sendiri (rethink), lalu reduce,, mengolahnya berakhir di TPA.

Tantangan

Tantangan menjalankan pengelolaan sampah secara sirkular ekoomi Dari masyarakat lebih kepada kontribusi yang belum sepenuhnya karena butuh kesadaran, kenpa perlu mengolah sampah dari rumah dan lingkungan.

“Secara regulasi sudah baik tapi dari monitoring dan evaluasinya. Kita masih menyatukan sampah padahal sudah disampaikan untuk memisah sampah. Jadi memang perlu memenuhi sarana prasarana pengelolaan sampah lebih dulu,” ujar Khairunisa.

Dari sisi industri, menurut Khairunisa, selain dari pendanaan, juga dari pelibatan masyarakat dalam bank sampah, apakah masyarakat mau terlibat karena lebih kepada masyarakat.

“Kira-kira apa timbal balik ke masyarakat. Kalau masyarakat join ke bank sampah yang kita punya apakah hasilnya untuk masyarakat lagi. Kalau dari industri berpikirnya seperti itu?

Dalam closing statement-nya, Khairunisa mengajak masyarakat untuk berfikir ulang terlebih dahulu (rethink) sebelum membeli produk.

“Kita pikir jangka panjangnya. Apakah kita gunakan sampai nilainya sudah tidak ada, atau ternyata yang kita beli cuma beberapa kali (pakai). Kalau ternyata sudah tidak digunakan mungkin bisa didonasikan atau diberikan kepada yang membutuhkan. Kita mengusahakan tidak berujung ke TPA. Jadi dari rumah sudah ada pencegahan,” terang Khairunisa. (***)



1 Comment

Leave a Reply