ToT Mubalighot Aisyiyah Jawa Barat : Hadirkan Pakar Psikologi UM Bandung
- September 17, 2024
- Posted by: PDM KOTA MADIUN
- Category: Eksternal

PDMKOTAMADIUN.OR.ID – Dosen Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) Dr Irianti Usman MA menjadi pemateri dalam Training of Trainer Aisyiyah Jawa Barat.
Sebagaimana tema yang dihadirkan dalam ToT ini yaitu Perbedaan Andragogi (pembelajaran orang dewasa) dan Pedagogi (Pendidikan anak dan remaja), Dr Irianti Usman mengupas konsep andragogi dan pedagogi.
Training of Trainer Aisyiyah Jawa Barat ini berlangsung di Pesantren Mahasiswa Unisa Bandung, Ahad, 15 September 2024.
Dr Irianti menjelaskan bahwa inti dari andragogi adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang khusus untuk orang dewasa.
Proses belajar orang dewasa berbeda secara signifikan dengan anak-anak karena faktor kedewasaan, tanggung jawab, dan pengalaman hidup yang sudah dimiliki oleh peserta didik dewasa.
“Pembelajaran untuk orang dewasa menuntut pendekatan yang lebih partisipatif dan kolaboratif. Mereka bukan lagi sekadar penerima informasi, melainkan berperan aktif dalam proses belajar,” ujar Irianti.
Dr Irianti menekankan bahwa orang dewasa belajar berdasarkan motivasi yang lebih personal. Misalnya, seperti kebutuhan untuk berkembang dalam karier atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dosen yang juga pakar psikolog ini menguraikan perbedaan utama antara andragogi dan pedagogi.
Pedagogi, kata Irianti, berfokus pada instruksi dari pengajar yang mengarahkan seluruh proses pembelajaran.
Adapun andragogi lebih memberdayakan peserta didik untuk mengambil peran utama dalam mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.
“Perbedaan ini mencerminkan peran pengajar. Dalam pedagogi, guru cenderung menjadi pusat dari segala proses, sedangkan dalam andragogi, pengajar berfungsi lebih sebagai fasilitator yang membantu peserta didik mencapai tujuan belajarnya sendiri,” jelas Irianti.
Konteks pembelajaran
Irianti juga menyoroti pentingnya memahami perbedaan konteks pembelajaran antara anak-anak dan orang dewasa.
Ia menekankan bahwa orang dewasa cenderung mencari relevansi langsung dari materi yang dipelajari, sedangkan anak-anak lebih sering menerima apa yang diajarkan sebagai bekal masa depan.
Selain itu, Irianti menjelaskan bahwa andragogi menuntut pendekatan yang fleksibel, baik dari sisi metode maupun waktu. Orang dewasa sering kali memiliki tanggung jawab pekerjaan dan keluarga yang membuat mereka memerlukan metode pembelajaran yang lebih dinamis dan sesuai dengan jadwal mereka.
Dalam kesempatan tersebut, Irianti juga menyinggung bahwa pentingnya konsep self-directed learning dalam andragogi.
“Orang dewasa biasanya lebih mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, mereka sering kali lebih efektif ketika diberi kesempatan untuk mengatur sendiri kecepatan dan cara belajarnya,” tambah Dr Irianti.
Melalui pembahasan ini, Irianti berharap bahwa para pengajar, khususnya di lingkungan Muhammadiyah, dapat lebih memahami karakteristik unik dari peserta didik dewasa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang lebih relevan dan efektif.
Dengan memahami konsep andragogi, diharapkan pendidik dan peserta didik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif bagi pembelajaran sepanjang hayat.
Tolok ukur kedewasaan
Dr Irianti menerangkan, teori pembelajaran Andragogi sebagai orientasi baru pendidikan dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik adalah pribadi-pribadi matang yang dapat mengarahkan sendiri, dan dapat mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri.
”Tolok ukur kedewasaan bukanlah umur, melainkan sikap dan perilaku. Sebab, tidak jarang orang yang sudah berumur, tetapi belum dewasa. Setiap orang akan menjadi orang tua karena hukum alam dan keharusan. Namun, menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usia,” pungkasnya